Kali ini saya akan menyebutkan sebagian adab berdo’a yang saya ambil rujukannya dari kitab al-Jami’ li Ahkam ash-Shalah karya al-‘Aalim asy-Syaikh Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah hafizhahullah. Berikut di antara adab-adab berdo’a tersebut:
1. Berdo’a secara serius, betul-betul paham apa yang ingin dia minta kepada Allah ta’ala, yakin do’anya akan di-ijabah oleh Allah, serta tidak lalai terhadap do’anya tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
القلوب
أوعية وبعضها أوعى من بعض فإذا سألتم الله عز وجل أيها الناس فاسألوه
وأنتم موقنون بالإجابة فإن الله لا يستجيب لعبد دعاه عن ظهر قلب غافل
Artinya: “Sesungguhnya hati itu menyadari
atau memahami, yang satu lebih memahami dari yang lain. Wahai manusia,
jika kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya dalam keadaan
yakin akan di-ijabah-nya do’a, karena Allah tidak akan mengabulkan permohonan seseorang yang berdo’a dengan hati yang lalai.” (HR. Ahmad)
2. Tidak tergesa-gesa meminta dikabulkannya
do’a, hendaknya dia terus menerus berdo’a tanpa putus asa. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يستجاب لأحدكم ما لم يعجل يقول دعوت فلم يستجب لي
Artinya: “Do’a itu akan dikabulkan bagi
salah seorang dari kalian selama dia tidak tergesa-gesa, misalnya dengan
mengucapkan, ‘Aku telah berdo’a tetapi belum juga dikabulkan’.” (HR.
Al-Bukhari, Ibn Majah, Ahmad, Abu Dawud dan Muslim)
3. Tidak memohon sesuatu yang diharamkan, di dalamnya terdapat dosa, atau memohon sesuatu yang di dalamnya terdapat pemutusan shilaturrahim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما
من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى
ثلاث إما أن تعجل له دعوته وإما أن يدخرها له في الآخرة وإما أن يصرف عنه
من السوء مثلها قالوا إذا نكثر قال الله أكثر
Artinya: “’Tidaklah salah seorang muslim memanjatkan satu do’a yang di dalamnya tidak ada dosa atau pemutusan hubungan shilaturrahim
kecuali Allah akan mengabulkannya dengan salah satu dari tiga bentuk,
yaitu bisa dengan menyegerakan terwujudnya permohonan itu baginya, bisa
dengan menyimpannya sebagai pahala untuknya nanti di akhirat, dan bisa
juga dengan memalingkan keburukan darinya dengan nilai semisalnya’. Para
shahabat berkata, ‘Kalau begitu kami akan memperbanyak do’a’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah akan lebih
banyak lagi mengabulkannya’.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, al-Hakim dan Abu
Ya’la)
4. Memulai do’anya dengan pujian kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian memanjatkan do’a yang dikehendakinya. Dari
Fudhalah ibn ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
سمع
رسول الله صلى الله عليه و سلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم
يصل على النبي صلى الله عليه و سلم فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم
عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل و عز
والثناء عليه ثم يصلي على النبي ثم يدعة بعد بما شاء
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendengar seseorang berdo’a dalam shalatnya dan dia tidak
mengagungkan Allah ta’ala dan tidak bershalawat pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Orang ini tergesa-gesa’. Kemudian beliau memanggilnya dan
berkata kepadanya atau kepada selainnya, ‘Jika salah seorang dari kalian
berdo’a, maka mulailah dengan memuji Tuhannya yang Maha Agung lagi Maha
Perkasa, dan sampaikan sanjungan kepada-Nya, kemudian bershalawatlah
untuk Nabi, dan setelah itu berdo’a memohon apa yang dikehendakinya’.”
(HR. Abu Dawud, ath-Thabrani, at-Tirmidzi dan Ahmad)
Jika memulai doa dengan ucapan ‘subhana rabbiyal ‘aliyyil a’laal wahhab’
(Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha Pemberi) maka
itu lebih baik lagi, berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa Salamah
ibn al-Akwa radhiyallahu ‘anhu berkata:
ما سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يستفتح دعاء إلا استفتحه بسبحان ربي العلي الأعلى الوهاب
Artinya: “Aku tidak mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai do’anya melainkan memulainya dengan ucapan, ‘subhana rabbiyal ‘aliyyil a’laal wahhab
(Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha Pemberi)’.”
(HR. Al-Hakim, dia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi)
5. Mengangkat kedua tangannya jika berdo’a,
di mana dia menjadikan bagian dalam telapak tangannya menghadap
wajahnya, dan tidak mengangkat keduanya melewati wajahnya. Jika selesai
berdo’a, lalu mengusapkan keduanya pada wajahnya. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Salman radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
إن ربكم حيي كريم يستحيي من عبده أن يرفع إليه يديه فيردهما صفرا أو قال خائبتين
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kalian sangat
pemalu dan maha mulia, Dia merasa malu pada hambanya jika sang hamba
mengangkat kedua tangan kepada-Nya, lalu dia mengembalikan kedua
tangannya dalam keadaan hampa –atau dia berkata– dalam keadaan tanpa
hasil.” (HR. Ibn Majah, Abu Dawud, Ibn Hibban dan ath-Thabrani)
Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umair pelayan Abu Lahm:
رأى
رسول الله صلى الله عليه و سلم يستسقي عند أحجار الزيت قريبا من الزوراء
قائما يدعو يستسقي رافعا كفيه لا يجاوز بهما رأسه مقبل بباطن كفيه إلى وجهه
Artinya: “Bahwa dia melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam beristisqa di samping bebatuan az-zait
yang dekat dengan az-zaura, berdiri memohon dan meminta hujan,
mengangkat kedua tangannya tidak melebihi kepalanya, dan beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumkan bagian dalam kedua telapak
tangannya itu ke wajahnya.” (HR. Ibn Hibban, Ahmad, dan Abu Dawud)
6. Mengulang do’a sebanyak tiga kali. Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
كان النبي صلى الله عليه و سلم يعجبه أن يدعو ثلاثا ويستغفر ثلاثا
Artinya: “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat suka mengucapkan do’a sebanyak tiga kali dan
beristighfar sebanyak tiga kali.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
7. Setelah selesai berdo’a mengucapkan ‘aamiin’. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dari jalur Abu Zuhair berikut ini:
فقال النبي صلى الله عليه و سلم أوجب إن ختم فقال رجل من القوم بأي شيء يختم قال بآمين فإنه إن ختم بآمين فقد أوجب
Artinya: “Lalu beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata, ‘Allah akan mengabulkan do’anya jika orang itu
menutupnya’. Seseorang dari kaum itu bertanya, ‘Dengan apakah dia harus
menutupinya?’, beliau menjawab, ‘Dengan ucapan aamiin, karena jika dia menutup dengan aamiin maka Allah akan mengabulkan do’anya’.”