A.
Proses
social/psikososial
Proses
ini meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan
orang lain. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang
bertingkat atau bertahap. Berikut ada 8 tingkatan atau tahapan yang akan
dilalui oleh manusia:
1.
Trust VS
Mistrust (Percaya VS tidak percaya)\
2.
Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame
and doubt)
3.
Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
4.
Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
5.
Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
6.
Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
7.
Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
8.
Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
B.
Perkembangan Psikososioemosional
pada masa kanak-kanak awal
1.
Diri yang
berkembang
a.
Konsep diri dan
perkembangan kognitif
Konsep diri (self concept) adalah
citra total diri kita sendiri. konsep tersebut adalah apa yang kita yakini
tentang siapa sebenarnya kita, gambaran keseluruhan dari kemampuan dan sifat
kita. Konsep ini adalah “sebuah konstruksi kognitif….sebuah system
deskriptif dan evaluative yang mempresentasikan diri (the self),” yang
menentukan bagaimana perasaan kita terhadap diri kita sendiri dan memandu
tindakan kita (Harter, 1996, hlm. 207).
Defenisi diri merupakan kelompok
karakteristik yang digunakan untuk mendiskripsikan diri sendiri. Sebuah
analisis yang didasarkan kepada teori neo-Piagetian
yang menggambarkan peralihan 5 ke 7 tahun terjadi dalam tiga langkah yang
pertama yaitu respresentasi tunggal (single representation): dalam
terminology neo-piagetian, arti dari kata ini adalah tahapan dalam perkembangan
defenisi diri, pemikiran seorang anak melompat dari sesuatu ke sesuatu yang
lain, tanpa ada koneksi logis. Pada tahap ini dia tidak dapat membayangkan
dirinya memiliki dua emosi sekaligus (“anda tidak bisa gembira sekaligus
takut”).Seorang anak tidak dapat mengakui bahwa real self-nya tidak sama
dengan idealself-nya. Tahap kedua yaitu pemetaan representasional
(representational mapping) merupakan koneksi logis antara bagian dari citra
dirinya masih diekspresikan dalam terminology semua-atau tidak sama sekali yang
benar-benar positif. Tahap ketiga yaitu system representasi (representational
system) yang muncul pada masa kanak-kanak tengah, ketika anak mulai
mengintegrasikan karakteristik tertentu dari diri ke dalam konsep umum
multidimensional dan mulai mengartikulasikan pemahaman nilai diri (self worth).
b.
Memahami emosi
a). Emosi yang diarahkan kepada diri, berbagai emosi yang diarahkan
kepada diri seperti rasa bersalah, rasa malu, dan rasa bangga, biasa berkembang
pada akhir tahun ketiga, setelah si anak mendapatkan kesadaran diri dan
menerima standar perilaku yang ditetapkan oleh orang tua mereka.
b). Emosi simultan, bagian dari kebingungan anak kecil dalam
memahami perasaan mereka adalah kesulitan untuk menyadari bahwa mereka dapat
mengalami reaksi emosi yang berbeda dalam satu waktu.
c.
Erikson:
Inisiatif vs rasa bersalah
Tahap ketiga perkembangan psikososil
Erikson, di mana anak menyeimbangkan hasrat untuk mengejar tujuan dengan
keberatan moral yang mungkin dapat menghambat pelaksanaan hasrat tersebut.
d.
Harga diri
Harga
diri adalah penilaian yang dibuat seseorang tentang kelayakan dirinya.
2.
Gender
Identitas gender adalah kesadaran yang berkembang pada masa
kanak-kanak awal, bahwa seseorang adalah pria atau wanita.
a.
Perbedaan
gender
Perbedaan gender adalah perbedaan psikologis atau perilaku antara
pria dan wanita.
b.
Perspektif
dalam perkembangan gender : Nature dan nurture
a). Peran gender (gender roles), merupakan perilaku, ketertarikan,
sikap, keterampilan, dan ciri-ciri kepribadian pria atau wanita yang dianggap
sesuai oleh kultur.
b). Penentuan tipe gender (gender typing), merupakan sebuah proses
sosialisasi dimana anak pada usianya yang dini belajar peran gender yang sesuai
dengan dirinya.
3.
Bermain:
kegiatan masa kanak-kanak awal
a.
Tipe permainan
a). Permainan fungsional, yaitu permainan yang melibatkan gerakan
otot yang berulang
b). Permainan konstruktif, yaitu permainan yang mengandung
penggunaan objek atau materi untuk membuat sesuatu
c). Permainan sandiwara, yaitu permainan yang mengandung orang atau
situasi imajiner
b.
Dimensi social permainan
a). Perilaku tidak tetap,
yaitu anak tidak tampak bermain, tetapi memerhatikan segala hal dengan
ketertarikan sesaat
b). Perilaku penonton, yaitu anak menghabiskan sebagian besar
waktunya memerhatikan anak lain bermain
c). Permainan menyendiri independen, yaitu anak bermain sendiri
dengan mainan yang berbeda dengan yang
dimainkan oleh anak yang ada di dekatnya.
d). Permainan parallel, yaitu anak bermain di sebelah anak lain,
bukan bersama anak lain, pemain parallel tidak mencoba untuk mempengaruhi
permainan anak lain.
e). Permainan asosiatif, yaitu anak bermain bersama anak lainnya.
f). Permainan kooperatif atau permainan pelengkap yang terorganisir,
anak bermain dalam kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu.
4.
Pengasuhan
(parenting)
a.
Bentuk disiplin
Disiplin merupakan metode untuk membentuk karakter anak dan
mengajari mereka untuk melatih control diri dan melakukan perilaku yang dapat
diterima masyarakat.
a). Teknik behavioris: penguatan dan hukuman
Penguatan eksternal dapat berupa
sesuatu yang kasat mata (permen, mainan, atau uang) atau tidak terlihat seperti
senyuman, pujian, pelukan, perhatian lebih, dan hak istimewa, hukuman dapat
berupa pengisolasian ataupun penghapusan hak.
b). Hukuman fisik
Hukuman fisik
merupakan penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan menyebabkan anak mengalami
rasa sakit, bukan luka, untuk tujuan koreksi atau control perilaku anak, namun
hukuman fisik dapat menghasilkan konsekuensi negative yang serius.
c). Kekuatan ketegasan, induksi, dan withdrawal of love
Kekuatan ketegasan
merupakan strategi disiplin yang bertujuan menghentikan atau melemahkan
perilaku yang tidak diinginkan melalui pelaksanaan control orang tua baik
secara fisik maupun verbal. Tekhnik Induksi bertujuan untuk menekan perilaku
yang tidak dikehendaki dengan mempengaruhi rasa kelogisan dan keadilan anak.Dan
withdrawal of love merupakan strategi disiplin yang mencakup pengacuhan,
pengisolasian, atau menunjukkan ketidaksenangan pada anak.
b.
Gaya pengasuhan
a). Otoriter, yaitu gaya pengasuhan yang menekankan control dan
kepatuhan
b). Permisif, yaitu gaya pengasuhan yang menekankan ekspresi diri dan
regulasi diri
c). Otoritatif, yaitu gaya pengasuhan yang memadukan penghargaan
terhadap
individualitas anak dengan upaya membentuk nilai social secara
perlahan.
C.
Perkembangan
psikososial masa kanak-kanak pertengahan
1. Diri yang berkembang
a. Sistem representasional: pandangan Neo-Piagetian
Pada masa kanak-kanak pertengahan,
penilaian tentang diri menjadi lebih realistis, berimbang, komprehensif, dan
lebih terekspresikan secara sadar. Sekitar usia 7 atau 8 tahun, anak-anak
mencapai tahap ketiga defenisi diri dimana anak memiliki kemampuan kognitif
untuk membentuk system representasional, yaitu tahap ketigadari defenisi diri,
yang ditandai dengan penilaian yang luas, berimbang, dan terintegrasi terhadap
berbagai aspek diri.
b.
Harga diri
Menurut Erikson (1982), factor
penentu harga diri adalah pandangan anak akan kemampuan kerja produktif mereka.
Isu yang harus dipecahkan adalah industry versus inferioritas yang
merupakan tahap keempat perkembangan
psikososial Erikson, dimana anak harus belajar keterampilan produktif
yang dituntut kultur mereka atau dengan wajah yang menyiratkan inferioritas.
c.
Pertumbuhan
emosional
Ketika usia anak bertambah, mereka menjadi lebih peka terhadap
perasaan-perasaan sendiri dan perasaan orang lain. Mereka dapat lebih baik
mengatur ekspresi emosional mereka dalam situasi social, dan mereka dapat
merespon tekanan emosional orang lain. Anak-anak menjadi lebih empati dan lebih
condong kepada perilaku prososial pada masa kanak-kanak pertengahan.Perilaku
prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif. Anak prososial cenderung
bertindak sesuai demgan situasi social, relative bebas dari emosi negative, dan
menghadapi masalah secara konstruktif
2.
Anak dalam
keluarga
Anak-anak usia sekolah menghabiskan lebih banyak waktu mereka jauh
dari rumah dibandingkan ketika lebih mudah dan menjadi kurang dekat dengan
pasangan orang tua (Hofferth, 1998). Akan tetapi, rumah dan orang-orang yang
tinggal di dalamnya tetap menjadi bagian penting dari kehidupan anak.
Untuk memahami anak dalam keluarga, kita harus melihat lingkungan
keluarga tersebut –atmosfer dan struktur, atau komposisinya.
a.
Atmosfer
keluarga
Pengaruh paling penting lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak berasal dari atmosfer yang ada dalam
keluarga tersebut (Bronfenbrenner & Morris, 1998; Demo, 1991).
1.
Isu pengasuhan:
Koregulasi dan disiplin
Masa
kanak-kanak pertengahan adalah tahap transisional Koregulasi
(coregulation), dimana orang tua dan anak berbagi kekuasaan: orang tua
mengawasi, akan tetapi si anak yang melaksanakan momen demi momen regulasi diri
(Maccoby, 1984). Anak-anak lebih bersedia mengikuti keinginan orang tua apabila
mereka menyadari bahwa orang tuanya adil dan memerhatikan kesejahteraan anak
dan mereka (orang tua) mungkin mengetahui lebih baik karena pengalaman. Juga
akan membantu apabila orang tua mencoba untuk mengikuti penilaian matang si
anak dan hanya mengambil posisi tegas pada isu-isu penting (Marcobby, 1984).
2.
Kemiskinan dan
pengasuhan
Kemiskinan
dapat membahayakan perkembangan anak melalui pengaruhnya terhadap kondisi
emosional orang tua dan praktik pengasuhan anak dan pada lingkungan rumah yang
mereka ciptakan.Keluarga yang berada dalam kesulitan ekonomi memiliki
kecenderungan yang lebih rendah dalam mengontrol aktivitas anak-anak mereka,
dan kurangnya monitor tersebut berkaitan dengan prestasi sekolah dan
penyesuaian social yang lebih buruk.
b.
Struktur
keluarga
1.
Keluarga
adoptif
Sepanjang
sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya
diperuntukkan bagi orang yang mandul, pasangan gay atau lesbian, dan orang yang
telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh.Mengadopsi anak
membawa tantangan tersendiri.Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul,
orang tua adoptif harus berhadapan dengan mengadopsikan anak ke dalam keluarga,
menjelaskan pengadopsian kepada si anak, membantu anak mengembangkan perasaan
diri yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan
orang tua biologis.
2.
Ketika orang
tua bercerai
Anak yang lebih
muda lebih cemas akan perceraian, kurang memiliki persepsi yang realistis
tentang apa yang menyebabkan perceraian
tersebut, dan lebih sering menyalahkan diri mereka sendiri; akan tetapi bisa
beradaptasi lebih cepat dibandingkan anak yang lebih tua, yang memahami apa
yang terjadi dengan lebih baik. (SUMBER)
Tag :
Education,
Kepribadian