Kesombongan merupakan salah satu kelemahan utama seorang manusia dan bisa
terjadi pada siapa saja, kesombongan merupakan tabi’at syaithan yang diawali
saat mereka menolak sujud kepada Adam as ketika diperintah Allah swt. Seorang
suami melakukannya dengan marah, memaki atau memukul anak dan istrinya karena
merasa dia yang memberikan makan mereka. Seorang atasan melakukannya dengan
mengancam bawahannya bahwa karirnya tergantung padanya. Seorang pejabat
melakukannya dengan mengancam para pengkritik kebijakannya. Seorang haji
melakukannya dengan menyatakan bahwa keislamannya telah sempurna dengan
berhaji, padahal Islam tidak hanya sekedar rukun Islam.
Seorang Ustadz juga bisa melakukannya dengan mengatakan: “Itu orang kalau bukan karena saya nggak bakalan tobat!” Bahkan seorang pengemis-pun dapat melakukannya dengan membuang recehan yang kita berikan.
Puncak kesombongan adalah Raja Mesir Fir’aun, dimana dia mengaku sebagai Tuhan yang layak disembah, dapat menghidup dan mematikan makhluk. Saat Fir’aun berdebat dengan Nabi Musa as bahwa ia mampu menghidupkan dan mematikan manusia, ia panggil dua orang rakyatnya kemudian yang satu dibunuhnya dan satunya lagi dibiarkan hidup. Dengan sombong dia katakan: “Bukankah aku seperti Tuhanmu, bisa menghidupkan dan mematikan manusia”. Tetapi, apakah Fir’aun mampu menghidupkan kembali orang yang telah dibunuhnya itu?.
Kalau kita telaah diri kita sendiri, maka tidak ada yang patut disombongkan. Kita diciptakan dengan setetes “Air yang hina”, kita sendiri mungkin jijik memegang atau melihatnya, mungkin semut saja yang senang mengerubutinya.
(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina (mani). (Qs. As-Sajdah [32]: 7).
Setelah kita utuh menjadi manusia, semua lubang pada diri kita merupakan tempat keluarnya kotoran; hidung, mata, telinga, mulut dan kedua lubang farji kita. Seolah-olah didalam tubuh kita dipenuhi oleh kotoran.
Begitu juga setelah kita mati, jika dibiarkan seminggu saja menimbulkan bau busuk menyengat dan semua orang akan menutup hidungnya. Setelah dikuburkan akan dinikmati oleh cacing tanah dan belatung, bahkan sebagian orang takut melewati kuburan kita.
Tidak ada yang patut disombongkan didunia ini, harta, tahta (jabatan), wanita (keluarga), kecerdasan dan kecantikan merupakan kenikmatan sementara yang dipinjamkan Allah swt kepada kita dan dapat diambil sewaktu-waktu oleh Allah swt. Begitu banyak orang kaya dengan sekejap menjadi miskin karena tertimpa musibah banjir, kebakaran atau perampokan. Banyak pejabat penting dalam sekejap menjadi warga biasa dan dicerca karena dilengserkan atau aibnya terungkap. Banyak keluarga bahagia tiba-tiba menjadi sengsara karena keluarganya (anak, istri atau suami) meninggal atau bercerai. Berapa banyak orang yang cerdas tetapi umur 60 tahun sudah pikun. Sekian banyak artis cantik tetapi diusia senja wajahnya mulai keriput. Sangat mudah bagi Allah swt untuk memberi atau mencabut kenikmatan itu.
Salah satu ciri kesombongan adalah orang-orang yang tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt kepadanya. Kenikmatan tidak melulu kekayaan (rezeki) semata, tetapi kesehatan, waktu luang, rezeki yang halal, rumah dekat mesjid, lingkungan aman, tetangga/teman yang baik, keluarga yang harmonis, anak yang cerdas atau istri shalihah, semuanya kenikmatan yang sering terlupakan oleh kita.
Orang-orang yang sombong mereka tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt, mereka merasa bahwa semua kesuksesan yang diperolehnya merupakan hasil jerih payahnya semata. Dia lupa bahwa semua yang dia peroleh merupakan pemberian Allah swt, sebagai wujud Allah swt yang Maha Rahman dan Rahim. Rasa syukur kepada Allah swt dilakukan dengan menjalankan kewajiban ibadah, meninggalkan larangan/kemaksiaatan dan mematuhi semua yang diperintahkan Allah swt.
Ciri kesombongan yang lain adalah menolak kebenaran yang disampaikan, dia masih berdalih dengan berbagai cara sebagai pembenaran atas tindakannya yang melanggar syari’at agama. Padahal ia harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya yang melanggar syari’at agama tersebut.
Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. [HR Muslim].
Allah swt mengecam orang-orang yang berjalan dengan sombong dimuka bumi, menolak kebenaran dan tidak mau bersyukur,
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Qs. Luqman [31]: 18).
Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertawakalah kepada Allah”. Bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (Qs. Al-Baqarah [2]: 206).
Adapun orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya. (Qs. An-Naazi’aat [79]: 37-41).
Akhirul kalam, tidak ada yang patut disombongkan didunia ini karena semuanya titipan Allah swt yang dapat diambil kembali oleh Sang Pemilik seluruh alam. Dengan kesombongan kita telah menghancurkan diri sendiri, kita dibenci oleh sesama manusia dan diakhirat menjadi orang yang merugi. Wallahua’lam,
Seorang Ustadz juga bisa melakukannya dengan mengatakan: “Itu orang kalau bukan karena saya nggak bakalan tobat!” Bahkan seorang pengemis-pun dapat melakukannya dengan membuang recehan yang kita berikan.
Puncak kesombongan adalah Raja Mesir Fir’aun, dimana dia mengaku sebagai Tuhan yang layak disembah, dapat menghidup dan mematikan makhluk. Saat Fir’aun berdebat dengan Nabi Musa as bahwa ia mampu menghidupkan dan mematikan manusia, ia panggil dua orang rakyatnya kemudian yang satu dibunuhnya dan satunya lagi dibiarkan hidup. Dengan sombong dia katakan: “Bukankah aku seperti Tuhanmu, bisa menghidupkan dan mematikan manusia”. Tetapi, apakah Fir’aun mampu menghidupkan kembali orang yang telah dibunuhnya itu?.
Kalau kita telaah diri kita sendiri, maka tidak ada yang patut disombongkan. Kita diciptakan dengan setetes “Air yang hina”, kita sendiri mungkin jijik memegang atau melihatnya, mungkin semut saja yang senang mengerubutinya.
(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina (mani). (Qs. As-Sajdah [32]: 7).
Setelah kita utuh menjadi manusia, semua lubang pada diri kita merupakan tempat keluarnya kotoran; hidung, mata, telinga, mulut dan kedua lubang farji kita. Seolah-olah didalam tubuh kita dipenuhi oleh kotoran.
Begitu juga setelah kita mati, jika dibiarkan seminggu saja menimbulkan bau busuk menyengat dan semua orang akan menutup hidungnya. Setelah dikuburkan akan dinikmati oleh cacing tanah dan belatung, bahkan sebagian orang takut melewati kuburan kita.
Tidak ada yang patut disombongkan didunia ini, harta, tahta (jabatan), wanita (keluarga), kecerdasan dan kecantikan merupakan kenikmatan sementara yang dipinjamkan Allah swt kepada kita dan dapat diambil sewaktu-waktu oleh Allah swt. Begitu banyak orang kaya dengan sekejap menjadi miskin karena tertimpa musibah banjir, kebakaran atau perampokan. Banyak pejabat penting dalam sekejap menjadi warga biasa dan dicerca karena dilengserkan atau aibnya terungkap. Banyak keluarga bahagia tiba-tiba menjadi sengsara karena keluarganya (anak, istri atau suami) meninggal atau bercerai. Berapa banyak orang yang cerdas tetapi umur 60 tahun sudah pikun. Sekian banyak artis cantik tetapi diusia senja wajahnya mulai keriput. Sangat mudah bagi Allah swt untuk memberi atau mencabut kenikmatan itu.
Salah satu ciri kesombongan adalah orang-orang yang tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt kepadanya. Kenikmatan tidak melulu kekayaan (rezeki) semata, tetapi kesehatan, waktu luang, rezeki yang halal, rumah dekat mesjid, lingkungan aman, tetangga/teman yang baik, keluarga yang harmonis, anak yang cerdas atau istri shalihah, semuanya kenikmatan yang sering terlupakan oleh kita.
Orang-orang yang sombong mereka tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt, mereka merasa bahwa semua kesuksesan yang diperolehnya merupakan hasil jerih payahnya semata. Dia lupa bahwa semua yang dia peroleh merupakan pemberian Allah swt, sebagai wujud Allah swt yang Maha Rahman dan Rahim. Rasa syukur kepada Allah swt dilakukan dengan menjalankan kewajiban ibadah, meninggalkan larangan/kemaksiaatan dan mematuhi semua yang diperintahkan Allah swt.
Ciri kesombongan yang lain adalah menolak kebenaran yang disampaikan, dia masih berdalih dengan berbagai cara sebagai pembenaran atas tindakannya yang melanggar syari’at agama. Padahal ia harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya yang melanggar syari’at agama tersebut.
Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. [HR Muslim].
Allah swt mengecam orang-orang yang berjalan dengan sombong dimuka bumi, menolak kebenaran dan tidak mau bersyukur,
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Qs. Luqman [31]: 18).
Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertawakalah kepada Allah”. Bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (Qs. Al-Baqarah [2]: 206).
Adapun orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya. (Qs. An-Naazi’aat [79]: 37-41).
Akhirul kalam, tidak ada yang patut disombongkan didunia ini karena semuanya titipan Allah swt yang dapat diambil kembali oleh Sang Pemilik seluruh alam. Dengan kesombongan kita telah menghancurkan diri sendiri, kita dibenci oleh sesama manusia dan diakhirat menjadi orang yang merugi. Wallahua’lam,