Nordin (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pemuda pendiam dikampungnya. Dia tidak gemar bergaul bersama teman sekampungnya. Dia sering mengasingkan diri dari masyarakat setempat dan sering sendirian dalam melakukan sesuatu hal.
Banyak yang tidak menduga sikap Nordin yang nyata. Kadangkala ia tampak ramah dan kadangkala sering mengucilkan diri dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya. Sikap pendiamnya itu membuat teman menganggap Nordin tidak cukup sifat kejantanan. Adakala ada juga yang bermulut celupar menyebutnya 'banci'. Ini karena Nordin dianggap aneh karena ia tidak suka jika teman-temannya berbicara tentang perempuan dan kisah-kisah cinta mereka pada gadis-gadis desa itu.
Nordin dibesarkan di sebuah desa nelayan yang telah ada lebih 40 tahun yang lalu. Dia terampil dalam pekerjaan menangkap ikan yang diwarisi dari mendiang ayahnya yang juga seorang nelayan. Sebenarnya Nordin bukanlah seorang pria yang tidak cukup sifat kejantanan seperti yang diduga oleh teman-temannya. Cuma dia merasa dirinya tidak siap untuk berumah tangga karena kondisi dirinya yang tidak terurus dan pendapatan yang tidak menentu. Dia tidak yakin ia akan bertemu dengan mana-mana perempuan di desa itu yang menginginkannya seikhlas hati. Kebanyakan lebih suka memilih pria yang tampan dan memiliki pekerjaan tetap di kota. Jadi ia sering menghabiskan waktu di sungai atau laut bermanja dengan ikan-ikan dan hasil penangkapannya saja. Kadang-kadang bermalam ia tertidur sambil menunggu hasil tangkapan. Semuanya sudah menjadi rutinitas hidupnya setiap kali jaring yang dipasang tidak mengena.
Hari itu, Nordin merasa rajin untuk turun ke laut, biarpun biasanya hari Jumat nelayan tidak turun memukat. Teman semua turun ke pekan namun Nordin merasa ingin turun sendiri ke laut melakukan tugas-tugas seperti biasa. Setelah sejam memasang pukat, Nordin berhenti di tepi kuala yang terpercaya tempat ikan-ikan terperangkap. Setelah memasang pukat, dia baring-baring di tepi perahunya sambil berangan-angan kosong tentang diri dan masa depan. Sedang asyik berangan, tanpa disadari ia tertidur dan ketika ia terjaga jam sudah menunjukkan pukul 11.30 pagi. Terus dia menghidupkan mesin perahunya dan menuju ke jaring yang dipasang pagi itu. Alangkah gembiranya beliau setelah mendapat banyak ikan merah, kerapu dan seekor ikan pari yang terperangkap dalam pukatnya itu. Tampaknya Nordin dapat seekor pari betina yang agak gemuk dan besar. Tanpa menunda dia pulang ke rumah untuk membongkar ikan-ikan itu.
Sampai di rumah, Nordin memasukkan ikan merah dan kerapu ke dalam tong air sementara ikan pari diletakkannya di dapur. Ikan pari betina yang sedang tercekik itu diletakkannya di dapur sementara, sebelum dipotong-potong untuk dijual kepada orang desa. Tiba-tiba matanya tertuju pada alat kelamin pari betina yang sedang mengembang dan mengempis. Nordin merasa tertarik lalu menyentuhnya beberapa saat. Mungkin karena hasutan setan, tiba-tiba Nordin merasa satu perasaan lain yang menyelubungi dirinya. Perasaan gairah yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Tiba-tiba saja nafsunya bergelora setelah menyentuh alat kelamin pari betina itu. Setan mulai merancang strategi untuk melemahkan iman manusia. Iman Nordin yang sudah siap lemah itu telah mengadopsi rencana yang ditimbulkan oleh para setan yang bersorak keriangan.
Apa lagi tanpa basa ditusuknya ikan pari malang itu berkali-kali sampai menyebabkan ikan pari yang sedang tercekik itu terus lemah dan mati akibat terkena suatu goncangan yang kuat. Terdampar Nordin kepuasan setelah disetubuhinya pari betina itu dengan rakus. Barulah Nordin mengerti kenapa teman-temannya sering menggodanya tentang pernikahan dan perempuan. Setelah semuanya selesai, mencuci ikan pari itu dan mengeluarkan segumpalan lendir putih yang tertampung di dalam tubuh pari itu dengan suatu senyuman. Puas. Tanpa perasaan jijik, dimasukkan pari itu ke dalam tong es bersama-sama dengan ikan-ikan yang lain untuk dijual kepada orang desa. Sedang Nordin melamun malam itu, setelah makan malam, tiba-tiba pikirannya kembali pada perbuatan terkutuknya petang tadi. Para setan kembali menghasut agar mengulanginya kembali.
Sekali lagi Nordin termakan hasutan itu dan kembali ke tong es dan mengeluarkan pari tersebut dan mengulangi perbuatannya yang jijik dan kotor itu pada bangkai pari yang tidak mampu berbuat apa-apa itu. Nordin berdayung dengan gelojohnya. Nafasnya naik turun bersama setan yang bersorak riang di sisinya. Nikmat bersetubuh dengan pari itu membuat Nordin tersengal dengan keringat yang mengalir ke seluruh tubuh. Karena pari itu terlalu lama rentan pada kepanasan dan kerakusan guncangan Nordin, akhirnya bangkai ikan malang itu menjadi busuk. Tanpa merasa belas terus Nordin melempar bangkai ikan pari betina itu terus ke tengah air pasang di dekat rumahnya. Keesokan hari, gempar seluruh desa ketika mereka terlihat seekor ikan pari yang besar terdampar di pasir pantai. Oleh karena pari tersebut telah busuk, maka tidak siapalah yang mengambilnya dan dibiarkan saja terus membusuk. Nordin pula melanjutkan kembali pekerjaannya seperti biasa tanpa merasa sedikitpun kesal atas perbuatannya itu.
Pagi itu Nordin turun ke laut dengan teman-temannya memukat udang. Setiap kali menarik pukat, Nordin akan berangan-angan untuk mendapatkan pari yang lebih besar. Bila tidak bertemu beliau akan merasa geram dan marah. Di hempas-hempasnya pukat dan jala ke atas perahu sambil menyumpah pada ikan-ikan hasil tangkapannya itu. Setiap malam Nordin tidak keruan menahan gelora nafsu. Dia selalu terbayang-bayang perbuatannya terhadap pari betina hasil tangkapan yang lalu. Pagi esok, tanpa berlama lagi cepat-cepat Nordin turun ke laut memasang pukat. Cita-citanya besar, untuk menangkap ikan pari betina yang lebih besar agar 'kenikmatan' akan bertambah. Setelah berpanas menunggu hasil tangkapan akhirnya Nordin dapat juga seekor ikan pari betina yang besar seperti yang diidamkannya. Beberapa saat timbul pula seekor lagi betina yang lebih besar, juga ditangkapnya dan ditempatkan di dalam perahu. Gembiranya hati Nordin bukan kepalang, ingin saja diterkamnya 2 ekor pari yang masih hidup itu namun ditahannya sampai ke rumah.
Begitulah hasutan setan terhadap nafsu Nordin. Sesampai di rumah, setelah mengeluarkan duri berbisa pari tersebut, terus dia menjelajahi nafsu rakusnya bersama peri itu bergantian. Peri yang masih hidup itu mengelupur kesakitan menahan goncangan Nordin yang terlalu kuat. Peri itu seperti tahu bahwa dirinya telah dinodai oleh manusia rakus dan kejam seperti Nordin, ia mengelupur sambil mengerak-gerakkan sayapnya beberapa kali meminta diri dilepaskan, namun Nordin tidak kisah dengan itu semua, biar apapun terjadi nafsu serakahnya harus dilepaskan dan pari itulah yang akan menjadi korban. Petang itu tanpa merasa jijik dan kotor mencuci ikan pari itu dan dijualkan kepada anak-anak yang berrmain di tepi rumahnya. Berebut anak itu membeli pari besar dan banyak isi itu untuk dibuat lauk karena Nordin menjualnya dengan harga murah. Tanpa disadari sudah lebih tiga bulan hal itu terjadi sehingga tidak ada lagi rasa ketertarikannya pada perempuan.
Sesekali dipikirkan juga akan buruk kelakuannya itu namun dipendamkan saja. Hingga pada suatu sore ia telah dikunjungi teman lama. Teman ketika alam persekolahan dahulu. Meskipun dia pendiam dan sulit bergaul namun Ramli (bukan nama sebenarnya) bukan seperti orang lain padanya. Ramli adalah teman tempat ia menuangkan segala masalah yang melanda dirinya satu masa dahulu. Bahkan Ramli lah tempat dia menumpang kasih setelah ketiadaan ibu dan ayah. Ramli berencana untuk bermalam barang seminggu dirumahnya untuk menghabiskan cuti semesta. Ramli sempat belajar sampai ke Universitas tetapi Nordin tersangkut karena kemiskinan hidup yang tidak mengizinkan beliau menghubungkan pelajaran. Ramli berencana untuk belajar menangkap ikan dengan Nordin selama liburannya itu. Nordin bagaikan tersentak sedikit karena beliau terpaksalah memendam rasa untuk melepaskan nafsu syaitannya itu pada peri hasil tangkapannya kelak.
Suatu hari sedang mereka berada di kuala laut menunggu pukat, mereka ngobrol tentang hal masing-masing. Di situlah Nordin mulai melepaskan rahasianya yang selama ini dipendamkan. Rahasia tentang kebiasaan buruknya. Apalagi terkejut besar Ramli mendengar pengakuan teman karibnya itu. Dinasihatnya Nordin agar kembali insaf diatas perbuatannya. Nordin mengangguk tanda setuju. Dia telah bertekad dalam hati untuk membuang saja kebiasaan buruknya itu dan kembali ke pangkal jalan. Ramli lega dengan keinsafan Nordin dan bersyukur pada Tuhan. Rupanya Tuhan telah mengirim Ramli untuk memberi kesempatan kedua pada Nordin agar insaf dan bertobat. Namun tidak semudah itu, keinsafan Nordin itu hanya muncul selama Ramli berada dirumahnya saja, setelah Ramli tidak, gelora nafsunya tiba-tiba saja memuncak kembali.
Tuhan ingin menguji sejauh mana keinsafan dan keikhlasan hati Nordin pada perjanjiannya dulu. Ternyata Nordin tewas, tewas dalam ujian Tuhan yang tiada henti menguji setiap hambanya. Pagi itu ia kembali ke laut memasang pukat. Hatinya begitu lega karena pukatnya mengena seekor pari betina yang besar dan gemuk. Nordin cepat-cepat membalik-balik alat kelamin pari betina itu dan mengusapnya beberapa kali. Gelora nafsunya semakin memuncak. Tanpa harus pulang ke rumah, diatas botnya itu juga dihayunnya senjata tajam miliknya yang tidak bermata itu. Setelah dilanyak dan dihayun beberapa kali Nordin semakin hilang pertimbangan. Setan kini telah merasuk dirinya. Sedang asyik berdayung, tiba-tiba ia merasa suatu kelainan pada ayunan tubuhnya kali ini. Hisapan pari itu pada senjatanya semakin kuat sampai kenikmatan tadi berubah menjadi perit dan pedih. Di tengah laut Nordin menjerit kesakitan. Sakit seperti diiris-iris.
Seluruh tubuhnya tiba-tiba menjadi kejang dan keras. Dia tidak lagi dapat bernapas dan bergerak. Tubuhnya mengelupur sama seperti ikan pari betina itu yang mengelupur kesakitan menahan hentakan kuat di tubuhnya dahulu. Rupanya kemaluan Nordin telah ditusuk oleh duri anak ikan pari yang belum lahir dalam perut ibunya. Akhirnya Nordin keras dan meninggal di situ juga, di atas perahu yang menjadi saksi atas segala perbuatan Nordin selama ini. Petang itu kembali gempar seluruh desa ketika perahu Nordin terdampar di tepian pantai dengan Nordin yang masih telungkup di atas tubuh pari betina dengan alat kelamin yang masih tertusuk dalam perut pari betina itu. Tubuhnya hitam kebiru-biruan. Sesekali ketika pari betina itu mengelupur, mayat pucat Nordin turut menggelepar. Ngeri dan tragis sekali. Penduduk desa begitu terkejut dengan temuan yang tidak disangka-sangka itu, apalagi Nordin bukan orang asing bagi mereka.
Seluruh desa merasa malu dengan perbuatan Nordin dan mengambil keputusan untuk MENGKEBUMIKAN jenazah Nordin di luar desa itu. Tidak hanya orang kampung saja bahkan kerabat dan teman-temannya semua tidak peduli dengan kuburan Nordin. Dibiarkan saja tanpa dinesan dan dibersihkan. Mereka menanggung malu seumur hidup karena perbuatan Nordin telah menjadi buah mulut orang sampai ke luar daerah. Begitulah betapa Tuhan melaknat perbuatan zina, tidak peduli pada siapa saja seperti dalam firmanNya yang berarti "Jauhkan dirimu dari zina karena zina itu kebinasaan,"
Sumber
Banyak yang tidak menduga sikap Nordin yang nyata. Kadangkala ia tampak ramah dan kadangkala sering mengucilkan diri dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya. Sikap pendiamnya itu membuat teman menganggap Nordin tidak cukup sifat kejantanan. Adakala ada juga yang bermulut celupar menyebutnya 'banci'. Ini karena Nordin dianggap aneh karena ia tidak suka jika teman-temannya berbicara tentang perempuan dan kisah-kisah cinta mereka pada gadis-gadis desa itu.
Nordin dibesarkan di sebuah desa nelayan yang telah ada lebih 40 tahun yang lalu. Dia terampil dalam pekerjaan menangkap ikan yang diwarisi dari mendiang ayahnya yang juga seorang nelayan. Sebenarnya Nordin bukanlah seorang pria yang tidak cukup sifat kejantanan seperti yang diduga oleh teman-temannya. Cuma dia merasa dirinya tidak siap untuk berumah tangga karena kondisi dirinya yang tidak terurus dan pendapatan yang tidak menentu. Dia tidak yakin ia akan bertemu dengan mana-mana perempuan di desa itu yang menginginkannya seikhlas hati. Kebanyakan lebih suka memilih pria yang tampan dan memiliki pekerjaan tetap di kota. Jadi ia sering menghabiskan waktu di sungai atau laut bermanja dengan ikan-ikan dan hasil penangkapannya saja. Kadang-kadang bermalam ia tertidur sambil menunggu hasil tangkapan. Semuanya sudah menjadi rutinitas hidupnya setiap kali jaring yang dipasang tidak mengena.
Hari itu, Nordin merasa rajin untuk turun ke laut, biarpun biasanya hari Jumat nelayan tidak turun memukat. Teman semua turun ke pekan namun Nordin merasa ingin turun sendiri ke laut melakukan tugas-tugas seperti biasa. Setelah sejam memasang pukat, Nordin berhenti di tepi kuala yang terpercaya tempat ikan-ikan terperangkap. Setelah memasang pukat, dia baring-baring di tepi perahunya sambil berangan-angan kosong tentang diri dan masa depan. Sedang asyik berangan, tanpa disadari ia tertidur dan ketika ia terjaga jam sudah menunjukkan pukul 11.30 pagi. Terus dia menghidupkan mesin perahunya dan menuju ke jaring yang dipasang pagi itu. Alangkah gembiranya beliau setelah mendapat banyak ikan merah, kerapu dan seekor ikan pari yang terperangkap dalam pukatnya itu. Tampaknya Nordin dapat seekor pari betina yang agak gemuk dan besar. Tanpa menunda dia pulang ke rumah untuk membongkar ikan-ikan itu.
Sampai di rumah, Nordin memasukkan ikan merah dan kerapu ke dalam tong air sementara ikan pari diletakkannya di dapur. Ikan pari betina yang sedang tercekik itu diletakkannya di dapur sementara, sebelum dipotong-potong untuk dijual kepada orang desa. Tiba-tiba matanya tertuju pada alat kelamin pari betina yang sedang mengembang dan mengempis. Nordin merasa tertarik lalu menyentuhnya beberapa saat. Mungkin karena hasutan setan, tiba-tiba Nordin merasa satu perasaan lain yang menyelubungi dirinya. Perasaan gairah yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Tiba-tiba saja nafsunya bergelora setelah menyentuh alat kelamin pari betina itu. Setan mulai merancang strategi untuk melemahkan iman manusia. Iman Nordin yang sudah siap lemah itu telah mengadopsi rencana yang ditimbulkan oleh para setan yang bersorak keriangan.
Sekali lagi Nordin termakan hasutan itu dan kembali ke tong es dan mengeluarkan pari tersebut dan mengulangi perbuatannya yang jijik dan kotor itu pada bangkai pari yang tidak mampu berbuat apa-apa itu. Nordin berdayung dengan gelojohnya. Nafasnya naik turun bersama setan yang bersorak riang di sisinya. Nikmat bersetubuh dengan pari itu membuat Nordin tersengal dengan keringat yang mengalir ke seluruh tubuh. Karena pari itu terlalu lama rentan pada kepanasan dan kerakusan guncangan Nordin, akhirnya bangkai ikan malang itu menjadi busuk. Tanpa merasa belas terus Nordin melempar bangkai ikan pari betina itu terus ke tengah air pasang di dekat rumahnya. Keesokan hari, gempar seluruh desa ketika mereka terlihat seekor ikan pari yang besar terdampar di pasir pantai. Oleh karena pari tersebut telah busuk, maka tidak siapalah yang mengambilnya dan dibiarkan saja terus membusuk. Nordin pula melanjutkan kembali pekerjaannya seperti biasa tanpa merasa sedikitpun kesal atas perbuatannya itu.
Pagi itu Nordin turun ke laut dengan teman-temannya memukat udang. Setiap kali menarik pukat, Nordin akan berangan-angan untuk mendapatkan pari yang lebih besar. Bila tidak bertemu beliau akan merasa geram dan marah. Di hempas-hempasnya pukat dan jala ke atas perahu sambil menyumpah pada ikan-ikan hasil tangkapannya itu. Setiap malam Nordin tidak keruan menahan gelora nafsu. Dia selalu terbayang-bayang perbuatannya terhadap pari betina hasil tangkapan yang lalu. Pagi esok, tanpa berlama lagi cepat-cepat Nordin turun ke laut memasang pukat. Cita-citanya besar, untuk menangkap ikan pari betina yang lebih besar agar 'kenikmatan' akan bertambah. Setelah berpanas menunggu hasil tangkapan akhirnya Nordin dapat juga seekor ikan pari betina yang besar seperti yang diidamkannya. Beberapa saat timbul pula seekor lagi betina yang lebih besar, juga ditangkapnya dan ditempatkan di dalam perahu. Gembiranya hati Nordin bukan kepalang, ingin saja diterkamnya 2 ekor pari yang masih hidup itu namun ditahannya sampai ke rumah.
Begitulah hasutan setan terhadap nafsu Nordin. Sesampai di rumah, setelah mengeluarkan duri berbisa pari tersebut, terus dia menjelajahi nafsu rakusnya bersama peri itu bergantian. Peri yang masih hidup itu mengelupur kesakitan menahan goncangan Nordin yang terlalu kuat. Peri itu seperti tahu bahwa dirinya telah dinodai oleh manusia rakus dan kejam seperti Nordin, ia mengelupur sambil mengerak-gerakkan sayapnya beberapa kali meminta diri dilepaskan, namun Nordin tidak kisah dengan itu semua, biar apapun terjadi nafsu serakahnya harus dilepaskan dan pari itulah yang akan menjadi korban. Petang itu tanpa merasa jijik dan kotor mencuci ikan pari itu dan dijualkan kepada anak-anak yang berrmain di tepi rumahnya. Berebut anak itu membeli pari besar dan banyak isi itu untuk dibuat lauk karena Nordin menjualnya dengan harga murah. Tanpa disadari sudah lebih tiga bulan hal itu terjadi sehingga tidak ada lagi rasa ketertarikannya pada perempuan.
Sesekali dipikirkan juga akan buruk kelakuannya itu namun dipendamkan saja. Hingga pada suatu sore ia telah dikunjungi teman lama. Teman ketika alam persekolahan dahulu. Meskipun dia pendiam dan sulit bergaul namun Ramli (bukan nama sebenarnya) bukan seperti orang lain padanya. Ramli adalah teman tempat ia menuangkan segala masalah yang melanda dirinya satu masa dahulu. Bahkan Ramli lah tempat dia menumpang kasih setelah ketiadaan ibu dan ayah. Ramli berencana untuk bermalam barang seminggu dirumahnya untuk menghabiskan cuti semesta. Ramli sempat belajar sampai ke Universitas tetapi Nordin tersangkut karena kemiskinan hidup yang tidak mengizinkan beliau menghubungkan pelajaran. Ramli berencana untuk belajar menangkap ikan dengan Nordin selama liburannya itu. Nordin bagaikan tersentak sedikit karena beliau terpaksalah memendam rasa untuk melepaskan nafsu syaitannya itu pada peri hasil tangkapannya kelak.
Suatu hari sedang mereka berada di kuala laut menunggu pukat, mereka ngobrol tentang hal masing-masing. Di situlah Nordin mulai melepaskan rahasianya yang selama ini dipendamkan. Rahasia tentang kebiasaan buruknya. Apalagi terkejut besar Ramli mendengar pengakuan teman karibnya itu. Dinasihatnya Nordin agar kembali insaf diatas perbuatannya. Nordin mengangguk tanda setuju. Dia telah bertekad dalam hati untuk membuang saja kebiasaan buruknya itu dan kembali ke pangkal jalan. Ramli lega dengan keinsafan Nordin dan bersyukur pada Tuhan. Rupanya Tuhan telah mengirim Ramli untuk memberi kesempatan kedua pada Nordin agar insaf dan bertobat. Namun tidak semudah itu, keinsafan Nordin itu hanya muncul selama Ramli berada dirumahnya saja, setelah Ramli tidak, gelora nafsunya tiba-tiba saja memuncak kembali.
Tuhan ingin menguji sejauh mana keinsafan dan keikhlasan hati Nordin pada perjanjiannya dulu. Ternyata Nordin tewas, tewas dalam ujian Tuhan yang tiada henti menguji setiap hambanya. Pagi itu ia kembali ke laut memasang pukat. Hatinya begitu lega karena pukatnya mengena seekor pari betina yang besar dan gemuk. Nordin cepat-cepat membalik-balik alat kelamin pari betina itu dan mengusapnya beberapa kali. Gelora nafsunya semakin memuncak. Tanpa harus pulang ke rumah, diatas botnya itu juga dihayunnya senjata tajam miliknya yang tidak bermata itu. Setelah dilanyak dan dihayun beberapa kali Nordin semakin hilang pertimbangan. Setan kini telah merasuk dirinya. Sedang asyik berdayung, tiba-tiba ia merasa suatu kelainan pada ayunan tubuhnya kali ini. Hisapan pari itu pada senjatanya semakin kuat sampai kenikmatan tadi berubah menjadi perit dan pedih. Di tengah laut Nordin menjerit kesakitan. Sakit seperti diiris-iris.
Seluruh tubuhnya tiba-tiba menjadi kejang dan keras. Dia tidak lagi dapat bernapas dan bergerak. Tubuhnya mengelupur sama seperti ikan pari betina itu yang mengelupur kesakitan menahan hentakan kuat di tubuhnya dahulu. Rupanya kemaluan Nordin telah ditusuk oleh duri anak ikan pari yang belum lahir dalam perut ibunya. Akhirnya Nordin keras dan meninggal di situ juga, di atas perahu yang menjadi saksi atas segala perbuatan Nordin selama ini. Petang itu kembali gempar seluruh desa ketika perahu Nordin terdampar di tepian pantai dengan Nordin yang masih telungkup di atas tubuh pari betina dengan alat kelamin yang masih tertusuk dalam perut pari betina itu. Tubuhnya hitam kebiru-biruan. Sesekali ketika pari betina itu mengelupur, mayat pucat Nordin turut menggelepar. Ngeri dan tragis sekali. Penduduk desa begitu terkejut dengan temuan yang tidak disangka-sangka itu, apalagi Nordin bukan orang asing bagi mereka.
Seluruh desa merasa malu dengan perbuatan Nordin dan mengambil keputusan untuk MENGKEBUMIKAN jenazah Nordin di luar desa itu. Tidak hanya orang kampung saja bahkan kerabat dan teman-temannya semua tidak peduli dengan kuburan Nordin. Dibiarkan saja tanpa dinesan dan dibersihkan. Mereka menanggung malu seumur hidup karena perbuatan Nordin telah menjadi buah mulut orang sampai ke luar daerah. Begitulah betapa Tuhan melaknat perbuatan zina, tidak peduli pada siapa saja seperti dalam firmanNya yang berarti "Jauhkan dirimu dari zina karena zina itu kebinasaan,"
Sumber