Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kembali dlanda konflik kepengurusan ditubuh organisasi kemahasiswaan tersebut.. Akibatnya berujung pada pemecatan Ketua Umumnya Noer Fajrieansyah.
Pemberhentian itu dilakukan oleh Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) PB HMI dan disaksikan oleh Mantan Ketum PB HMI Akbar Tandjung. Noer Fajrieansyah atau Fajri, dilengserkan karena dinilai melakukan pelanggaran serius terhadap AD/ART HMI.
Dengan demikian, posisi yang ditinggalkan digantikan oleh Basri Dodo yang sebelumnya menjabat sebagai Sekjen PB HMI dalam sidang pleno III yang diikuti sebagian besar fungsionaris PB HMI, Bakornas dan 15 BADKO HMI se-Indonesia yang dilaksanakan di Graha Insan Cita (GIC), Depok, Minggu (24/6/2012) lalu.
Menurut Koordinator MPK PB HMI, Syamsuddin Radjab, pemecatan Fajri merupakan hasil penyidikan MPK selama empat bulan yang menemukan pelanggaran aturan main organisasi yang tidak dapat ditoleransi.
“Penyidikan dilakukan karena MPK diberikan kewenangan pada Pleno 2 PB HMI. Dan keputusan MPK bersifat tetap dan mengikat sesuai dengan konstitusi HMI,” kata Syamsuddin dalam keterangannya, Rabu (27/6/2012).
Dalam satu dasawarsa terakhir, PB HMI sudah tiga kali diterpa masalah kepemimpinan yaitu periode 2000-2002, 2003-2005 dan 2010-2012. "Ada masalah besar di tubuh PB HMI menyangkut masalah kepemimpinan serta kecenderungan pemanfaatan organisasi untuk kepentingan dirinya sendiri, sehingga terdapat oknum yang tak perduli dengan aturan tersebut asal kepentingan pribadinya terpenuhi," kata Syamsuddin.
Menyikapi konflik yang terjadi dalam tubuh PB HMI, Akbar Tanjung mengingatkan agar kader-kader HMI mengembalikan peran dan fungsi organisasi sesuai dengan semangat Keindonesiaan dan Keislaman. “Persoalan konflik organisasi lekas dijernihkan dan sebenarnya yang lebih penting bagi HMI adalah bagaimana menjawab persoalan mendasar bangsa. HMI harus kembali mensinergikan nilai-nilai Keislaman dalam lanskap Keindonesiaan. Dengan demikian, HMI bisa menjadi solusi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Sementara itu, Basri Dodo yang didapuk mengantikan Ketum yang dilengserkan mengatakan, untuk menjawab tantangan masa depan, HMI membutuhkan pemimpin yang memiliki kapasitas dan integritas yang tinggi untuk mewujudkan visi misi HMI. "Tipisnya Intelektualitas dan integritas pemimpin di HMI, karena selama ini kepemimpinan Noer Fajrieansyah berasal dari proses pemilihan yang transaksional," katanya. Selain itu, Basri mengajak semua elemen organisasi untuk menyelesaikan sengketa kepengurusan yang mencabik-cabik HMI.
Dihubungi secara terpisah, Ketum PB HMI yang dilengserkan, Noer Fajrieansyah mengatakan, keputusan organisasi itu tidak sah. Pasalnya, rapat pleno dan keputusan diambil saat dirinya sedang berada di Rusia. Ia menuding, Basri menjebak beberapa Badko dengan agenda yang tidak transparan. "Badko-badko yang datang tidk tahu kalau agendanya itu rapat pleno. Jadi mereka terjebak," tutupnya.